BERBAGAI dekorasi pesta pengantin semakin maju, bukan melulu dengan desain yang terkini saat justru yang tradisional yang diminati. Begitu pula dengan baju pengantin, baju dengan desain etnik dari adat tertentu. Seperti dijelaskan Ida Zariati, ketua Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Samarinda. Pergeseran tren gaun pengantin memang semakin condong ke adat.
Orang semakin peduli tentang proses pernikahan sesuai adat yang sebenar-benarnya. Ida menuturkan, memodifikasi gaun pengantin dan riasan saat ini memang boleh, asal sesuai urutan dan pakem yang ada. Misalnya, tidak boleh salah tentang pemasangan kembang goyang di kepala. Termasuk jumlah dan letak memasangnya. “Mengenakan baju, make up, sampai prosesi pernikahan itu punya makna sendiri,” ujar penemu baju adat Samarinda ini.
Jasa sewa dan rias pengantin tidak hanya menyuguhkan rancangan modern. Tidak sedikit juga jasa rias pengantin yang populer dengan gaun pengantin tradisional. Lagipula, gaun pengantin tradisional tidak kalah cantik jika disandingkan dengan gaun pengantin modern. CELOTEH mampir di salah satu jasa rias pengantin tradisional di Jalan Cendana Samarinda.
Ada puluhan gaun pengantin di jual dan disewakan disini, meski kebanyakan dengan mode tradisional. “Tiap hari pasti ada yang datang,” kata Ibu Sania, pemilik rumah pengantin itu. Tidak hanya menyewa, pelanggan juga membeli atau sekadar minta dirias. Ibu dua anak ini tetap bertahan dengan gaun tradisional bukan tanpa alasan.
Baginya model tradisional tidak lekang dimakan zaman. “Meskipun pakai gaun modern, pasti yang tradisional juga masih diminati. Entah untuk akad atau resepsinya,” terangnya. Untuk warna gaun, Sania mengatakan, warna gaun putih kurang diminati. Sepanjang tahun ini banyak yang memesan dengan warna magenta. Ini sama seperti yang dituturkan RA Widisari Djojodiningrat, pemilik salah satu wedding organizer ternama di Samarinda.
Pada sebuah pameran yang dia gelar pertengahan tahun lalu, warna yang jadi trennya adalah jingga. “Jingga itu orange muda keemasan,” terangnya. Kembali pada Sania. Berbagai baju sewa terpajang di rumah pengantin miliknya. Salah satunya, gaun indah dan anggun dengan taburan manik warna-warni. “Ini harganya Rp 25 juta,” katanya.
Untuk rancangannya menggunakan bahan dari luar negeri. Seperti India, Cina, dan Jepang. . Beberapa bahan cukup dipasok dari lokal. Diakui Saniya, kain dari India lebih banyak yang menyukai. Inilah yang membuat harga gaun pengantin tinggi. “Kalau kain lokal bisa saya beli dari Surabaya, atau Jakarta,” ujar perempuan kepala lima ini.
Untuk sewa gaun pengantin dan dekorasi, Saniya mematok rupiah berkisar Rp 5 juta hingga ratusan juta. Sedangkan harga jual satu gaun pengantin mulai Rp 2 juta sampai Rp 25 jutaan. Harga tersebut sudah termasuk rias dan pernik pengantin. “Semakin rumit semakin mahal. Lihat bahan yang diinginkan pemesan,” paparnya.(*/fla/her)