Parfum telah berubah menjadi kebutuhan utama untuk memperkuat atau merubah karakter. Aroma parfum yang dikuarkan dari tubuh seseorang telah membentuk citra positif bagi orang di sekelilingnya. Parfum membentuk pola penilaian seseorang berubah, yakni berdasar indra penciuman. Bukan lagi berdasar pada aspek ekonomi, tetapi penampilan dan kewangian. Kesan seksi, ganteng, atau cantik tercermin dari parfum.
Fenomena ini dirasakan ahli kecantikan Widisari Djojodiningrat (37). Ia secara pribadi telah menjadi saksi bagi petugas kebersihan di salonnya dan sopirnya yang sebelumnya tanpa parfum. "Kalau petugas kebersihan awalnya tidak kenal parfum, saya beri lalu dipakai sebulan. Penampilannya berubah," katanya, Selasa (9/7).
Tanpa parfum, seorang yang tampak tajir akan terkesan biasa. Sebab, orang di sekitarnya tidak nyaman dengan bau yang dikeluarkan dari tubuh. Padahal sosialisasi hal wajib di dunia kerja. "Untuk orang-orang yang aktif dan bersentuhan dunia kerja, laik pakai parfum. Fungsinya tidak hanya mewangikan, tetapi merilekskan," katanya.
Parfum, katanya, punya fungsi kesehatan, relaksasi, dan sensualitas. Cara kerja parfum untuk kesehatan adalah dengan merenggangkan syaraf-syaraf dan neuron yang terancam tegang akibat tekanan. Tekanan biasanya berasal dari beban pekerjaan. Aroma parfum yang direkomendasikan untuk fungsi kesehatan berasal kayu-kayuan. Seperti gaharu, cendana, cengkih, atau kayu putih.
Untuk fungsi relaksasi didominasi aroma bebungaan di antaranya lavender, mawar, melati, atau jasmine. Aroma ini, kata Widisari cocok digunakan dalam pekerjaan di dalam ruangan, karena membutuhkan konsentrasi. Sementara untuk menunjukkan sensualitas, merupakan gabungan antara bebungaan dengan aroma dari rempah-rempah. "Wangi yang tercium akan diteruskan ke otak lalu memicu syaraf-syaraf yang meningkatkan gairah," kata pemilik salon "W Doubleyou" di Jalan Sriwijaya Semarang ini.
Secara mendasar kualitas parfum ditunjukkan dengan sedikitnya campuran alkohol dan minyak. Sebaliknya dominasi alkohol dan minyak akan membuat kualitas parfum menurun. Ekstrak parfum asli, katanya, justru jumlah alkoholnya paling sedikit. "Dites pakai tangan juga terasa kalau parfum itu ada yang minyaknya banyak. Apalagi kalau dioles ke baju, itu kalau membekas berarti minyaknya banyak. Semakin sedikit alkohol dan minyak, parfum akan semakin mahal," ujarnya.
Widisari juga mewanti-wanti kepada masyarakat agar memperhatikan kode produksi dan izin produksi, sehingga tidak terkena dampak negatif parfum. Untuk syarat minimal bisa dilihat syarat izin edar dari Balai Pengawas Obat dan Makanan. "Lisensi dan labelnya harus diperhatiin, agar tak berdampak negatif terhadap kesehatan," katanya.
(Zakki Amali)