Jawa Pos 5 Oktober 2014
Sejak duduk dibangku SMP, RA. Dwi Rahayu Widisari Djojodiningrat sudah ditanamkan semangat berwira usaha oleh kedua orang tuanya. Ditambah dengan tumbuh dikeluarga yang memang selalu berkarya, membuat perempuan cantik yang akrab disapa Bunda Widi memutuskan terjun didunia bisnis. Hingga sejumlah kesuksesan berhasi diraihnya.
Ketika ditemui Radar Semarang di salon W Double You miliknya, di jalan Sriwijaya Semarang, Widisari mengenang jika kecintaannya kepada dunia bisnis terjadi lantaran selalu diajak sang ayah untuk melihat proyek perumahan. “Dulu bapak sering diberi mandat membangun perumahan rakyat. Saya selalu diajak melihat dan dari situ saya mulai mencintai dunia bisnis.” kata wanita cantik kelahiran 3 Juni 1976 ini.
Selain cinta dunia bisnis, pengaruh sang bunda yang selalu mengingatkannya akan kebersihan menempanya menjadi manusia yang cinta terhadap kesehatan.”kebetulan orang tua saya adalah benar-benar cinta terhadap pekerjaan dan lingkungan.” imbuh dia.
Keberhasilannya dimulai dari bidang pendidikan, Widisari mengaku selalu mendapatkan juara pertama sejak ia duduk dibangku sekolah dasar hingga saat duduk dibangku perkuliahan. Berkat prestasinya itu Widisari sempat mendapatkan tawaran sebagai dosen di Universitas Semarang (USM).
Setelah lulus kuliah, pada tahun 2000. tepatnya diusia 23 tahun, Widisari memutuskan menikah dan merantau di Samarinda, Kalimantan Timur ditahun 2000 guna mengikuti mantan suaminya bekerja. Kala itu, suami dari Widisari bekerja disebuah perusahaan swasta. Ya walaupun bergaji besar, Widi enggan berpangku tangan hingga ia berinisiatif membuka usaha jasa yakni rias pengantin dengan nama UD Widisari dengan modal awal Rp. 10 juta.
Dalam perantauannya, Widisari mengaku sempat mengalami jatuh bangunnya didunia usaha. Iapun mengaku sempat mengalami kegagalan . Kegagalan itu tidak ia anggap sebagai halangan, ia malah membuat jika kegagalan sebagai acuan. “Disana susah, sempat merasa down lantaran jauh dari sanak saudara. Untuk mengembangkan bisnis pun begitu susahnya karena harus bersaing dengan orang lokal.” kenang dia.
Hingga akhirnya ia mendirikan UD Widisari yang bergerak di bidang wedding organizer & bridal. Dan seperti mengalami titik balik. Ia dipercaya Bupati Tenggarong untuk menangani pernikahan putrinya.
Tekadnya kian kuat dengan mendirikan W Double You di Samarinda yang bergerak di bidang Beauty & Medical Care, Skin & Bodycare, SPA, Salon dan Reflexy, setelah beberapa tetinggi daerah tersebut menggunakan jasanya. Ia pun mengaku tak segan terjun kelapangan demi melihat langsung bisnis yang ia kelola.
“Saya sempat harus nyari dekorasi sendiri hingga sampai tertusuk paku saat perjalanan. Namun dengan tekad dan usaha serta rasa tanggung jawab, saya tetap mencarinya hingga pedalaman daerah agar klien saya puas.”tandasnya.
Demi profesionalisme, dia menempuh pendidikan di CIBTAC (Confederation of International Beauty Therapy & Cosmetology) International – London pada 2010. “Sewaktu menempuh pendidikan di CIBTAC, saya sempat mau mundur karena minder dengan teman-teman di sekolah yang mayoritas berprofesi sebagai dokter. Saya berlatar pendidikan sarjana ekonomi. Namun saya kubur semuanya dalam-dalam bahkan akhirnya saya lulus dengan predikat terbaik.” terangnya.
Setelah sukses di Kalimantan Timur, dari bisnis W Double You ia kemudian membangun bisnis yang sama di lima kota dari Samarinda, Jakarta, Bali, Singapura dan pada 2012 berekspansi membuka W Double You di jalan Sriwijaya 38C – 38D.” Walaupun menjadi owner, saya tetap memegang teguh prinsip kekeluargaan pada seluruh karyawan.” jelasnya.
Dari segi prestasipun Bunda Widi mempunyai prestasi yang sangat mentereng. Baru-baru ini ia mendapatkan penghargaan Indonesia Women Development award tahun 2014 dari Kartini Award tahun 2014.
Disinggung mengenai kecantikannya, ibu dari Nauval Mahira dan Dannis Izan ini tak segan membeberkan rahasia kecantikannya kepada pembaca Radar Semarang. “Pertama kita tidak boleh punya rasa iri dan dengki, itu bisa membuat kita menjadi cepat tua. Kedua adalah rajin berolahraga dan selalu makan sayur bayam.” pungkasnya.
(adennyar.wycaksono/dhinar.sasongko)