banner W Double You
 
Daftar Artikel:
“W” Double You (2)
Bodycare (4)
Kecantikan (16)
Kesehatan (1)
RA. WidisariTreatment (1)
Wedding (6)
[Lihat semua artikel]
 
Slimming
Dahsyat hanya dalam 5 hari
 
Hujan Promo
Spa 300 (massage, scrub, mask, jacuzzy, mandi susu+ratus)
Slimming disc 15%,25%,35% + free facial
Facelift disc 15% - 20% (paket 3x 30%)
Breast disc 20% 25% (paket 3x 35%)
Facial after disc Rp 100.000 - Rp 900.000
 
 
“W” Double You

Jl. Sriwijaya No. 38 C - 38D
Semarang — JATENG
Telp. (024) 841 4654, 841 4384
CP: 081.1580.3399 (Call/SMS/WA)
BBM: 5BC1AA91
Jam Operasional:
10.00 - 18.00
(Senin & Hari Besar libur)
 
Anda suka situs ini?
Beritahukan pada teman Anda:
 
 
Home
 
Treatment
 
Wedding Organizer
 
Artikel
 
Gallery
 
About Us
 
Hubungi Kami
 
Forum
 
[Urutkan menurut Relevansi] Diurutkan menurut Tanggal
(artikel 21-23 dari total 23 artikel)

Tokoh-tokoh Berpotensi Kembali Raih Penghargaan Anugerah Prestasi Insani

Senin, 1 April 2013 07:00

JAKARTA (watamerdeka.com) - Kendati masyarakat belakangan ini sering beranggapan, sudah terjadi korupsi dimana-mana, namun harus diakui, masih banyak diantaranya yang benar-benar menunjukkan pengabdiannya. Terb ukti, sejumlah pejabat daerah, aktivis kemasyarakatan maupun lingkungan, serta para pengusaha baik, mencatat prestasi dan pengabdiannya di berbagai bidang, namun seolah tertutup publikasi berita korupsi tadi.

Sebab itu, Lembaga Anugerah Prestasi Insani dengan tulus menjawab pertanyaan tersebut, melalui pantauan terhadap orang-orang berpotensi diberbagai daerah, yang memiliki nilai pengabdian dan berprestasi di bidang masing-masing, dalam kurun waktu tertentu.

Hal itu pula yang menjadi bagian dasar penilaian dari lembaga independen non profit dan non partisan ini, sekaligus melegitimasinya secara institusional.

Lembaga Anugerah Prestasi Insani sendiri, dibawah naungan Yayasan Anugerah Prestasi Insani, adalah lembaga khusus memantau, memonitor, mengkaji Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

Atas penilaian tersebut, maka Lembaga Anugerah Prestasi Insani menganugerahkan award dan sertificate bertinta emas, sebagai bentuk penghargaan, baik mereka sebagai pegawai negeri maupun swasta.

Untuk kesekian lalinya, Lembaga Anugerah Prestasi Insani menggelar prosesi penganugerahan award terhadap 33 orang terpilih, dari 53 tokoh yang terjaring sebelumnya.

Acara dilangsungkan di Kirana Ballroom, Kartika Chandra Hotel, Jakarta, Jum’at malam (17/02/2012) lalu, yang menganugerahkan 2 kategori award yaitu:  ‘The Prominent Figure Of Indonesian Development Golden Award 2012’ dan ‘ASEAN Best Executive & Professional Award 2012’.

Adapun penerima anugerah prestasi untuk kategori ‘The Prominent Figure Of Indonesian Development Golden Award 2012’ adalah:

1. Izak Randi Hikoyabi, SE (Ketua KPUD Kabupaten Jayapura - Propinsi Papua)

2. Ir. H. Husnuddin Achsyid, MM (Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat)

3. Ir. H. Agus Husni, M.Pd (Ketua Sekolah Tinggi Teknologi “Sinar Husni” Medan – Propinsi Sumatera Utara)

4. Drs. Amrin Tanjung, M.Pd (Direktur Poltekes Siteba Padang – Propinsi Sumatera Barat)

5. Bapak DR. H. Syahriani, M.Si (Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru – Propinsi Kalimantan Selatan)

6. Drs. Lalu Subaeda (Ketua Umum Asosiasi Kontraktor Listrik Daerah ( AKLIDA ) Propinsi Nusa Tenggara Barat)

7. Isnedi, S.Kom (Ketua Badan Legislatif DPRD Kabupaten Merangin – Propinsi Jambi)

8. Drs. Nuryanuwar, Apt.MM.M.Kes. MMR (Direktur RSUD Kota Padang Panjang – Propinsi Sumatera Barat)

9. Dra. Hj. Asnawati, M.AP (Pengusaha / Aktifis Sosial Samarinda  – Propinsi Kalimantan Timur)

10. Hj. Susilawaty Arief (Ketua PERWARI / Ketua PERWOSI Kab. Kutai Kartanegara – Propinsi Kalimanta Timur)

11. Robert L. Gerung (Ketua DPRD Kabupaten Kapuas – Propinsi Kalimantan Tengah)

Sedangkan penerima penghargaan ASEAN Best Executive & Professional Award 2012 adalah:

1. Hj. R.A. Dwi Rahayu Widisari Djojodininggrat , SE, Dpl.CIBTAC (President Direktur PT. Widisari / President Direktur PT. W Double You Samarinda – Propinsi Kalimantan Timur)

2. Hj. Ait Bahagiawati , S.Pd (Ketua Yayasan Pendidikan Muslimat NU ( YPMNU ) Timika – Propinsi Papua)

3. Dr.Ir. Nirwan Sahiri, MP (Direktur Politeknik Palu - Sulawesi Tengah)

4. H.M. Nur Said Kasdiono  (Komisaris Utama PT. Jasatama Widya Perkasa / Ketua KONI Propinsi Nusa Tenggara Barat)

5. Ir. Rosa Muhammad Thamrin Payapo (Sekretaris KPU Propinsi Papua Barat)

6. Anand Umar Adnan, SH, MH (Notaris – PPAT / Ketua Yayasan STIAP Kota Palu – Propinsi Sulawesi Tengah)

7. Hendra Santoso (General Manager SAGA MALL ( Saga Supermarket & Dept Store ) Jayapura – Propinsi Papua)

8. H. Suhaimi Birran, BA (Wakil Ketua DPRD Kota Payakumbuh – Propinsi Sumatera Barat)

9. Purnama Ramadhan (Direktur PDAM Kabupaten Muna – Propinsi Sulawesi Tenggara)

10. Altikal L. Patulak, SE (Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Mimika – Propinsi Papua)

11. Drs. Asdar Ibrahim, M.Si (Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip & Dokumentasi Kota Bontang – Kalimantan Timur)

12. Yacob Paisei, SH (Ketua Panwaslukada Kabupaten Jayapura – Propinsi Papua)

Penyerahan penghargaan diberikan langsung oleh Ketua Dewan Penasehat Lembaga Anugerah Prestasi Insani, Prof. DR. H.B Katili, MM, didampingi Chairman, Danny PH Siagian, SE, MBA, MM, dan Ketua Pelaksana, Moody J. Prang.

Sedangkan donasi terhadap sejumlah 15 orang anak-anak Sekolah Dasar dari kalangan tak mampu, diserahkan Yayasan Anugerah Prestasi Insani, oleh Prof. DR. HB Katili. Adapun donasi untuk anak-anak sekolah yang kurang mampu, berupa lelang pigura besar Daftar Para Penerima Award Februari 2012, diraih oleh Hj. R.A. Dwi Rahayu Widisari Djojodininggrat , SE, Dpl.CIBTAC dan H.M. Nur Said Kasdiono .

Sementara itu, ditempat yang sama, diserahkan pula penghargaan kepada sejumlah tokoh, dengan kategori berbeda, oleh Lembaga Citra Prestasi anak Bangsa.

Acara hiburan diisi artis lawas, Endang S Taurina, tarian daerah Aceh. Sedangn kan acara ini didukung oleh media cetak Harian Umum Swara Nasional Pos dan media on line, wartamerdeka.com. (DANS)

 

Sumber: Warta Merdeka

Sempat Dikasihani karena Tua, Tiga Kali Gagal saat Melamar

Aminuddin-Widisari, Sejoli Beda Generasi
Selasa, 12 Juni 2012 16:24

Kisah keduanya penuh liku. Latar belakang berbeda, asal yang tidak serupa, serta usia jomplang. Tetapi selalu ada belanga yang mempertemukan asam di gunung dan garam di laut. Selalu ada cinta di antara dua manusia.

 

FELANANS-YOVANDA, Samarinda

DUA pasangmata itu beradu pada suatu petang di tahun 2006. Lelakinya, berjaket merah dengan rambut yang mulai memutih plus sedikit kerutan di wajah, baru saja turun dari sebuah mobil sport di Mal Lembuswana, Samarinda. Perempuannya, berkulit putih dengan rambut yang disembunyikan selembar kerudung. Tubuhnya semampai, memiliki pandangan nan indah berhias bulu mata lentik. Si pria terbengong-bengong melihat perempuan, yang menurutnya, bak bidadari. Juita itu sedang asyik mendekorasi Gedung Wanita, di Jalan M Yamin, di samping mal. “Ada apa, Pak?” Sebuah pertanyaan yang membuyarkan lamunan, meluncur dari bibir si perempuan bernama Raden Ajeng Widisari Djoyodiningrat. “Anu, saya mau mantu (mengadakan pernikahan anak),” jawab pria asal Samarinda bernama Aminuddin. Sudah beberapa kali dia menelepon Widisari, seorang penata rias dan dekorasi acara pernikahan. Di sela-sela sibuk, janji temu ditetapkan di situ. Di Kota Tepian, terampilnya tangan Widisari sudah kesohor di kalangan petinggi dan pengusaha kelas atas. Itu sebabnya, Aminuddin yang waktu itu direktur utama Bank Pembangunan Daerah Kaltim, ”ngotot” memakai jasa Widisari dalam pernikahan anak keduanya. “Tapi Januari nanti (tahun 2007) jadwal saya penuh,” sahut si penata rias, usai Aminuddin menyampaikan kapan kenduri diadakan. “Tidak masalah. Bulannya bisa diubah,” jawab Aminuddin. Dia sudah kadung percaya dengan kemampuan Widisari sehingga tak ingin ditangani yang lain. Satu lagi yang bikin dia tak segan-segan mengubah acara pernikahan anaknya: Aminuddin ingin sekali mengenal perempuan di hadapannya itu. Perempuan yang 24 tahun lebih muda darinya.

LEMBAR PERTANYAAN

“Waktu itu saya kasihan sekali liat ada bapak tua yang datang. Kan, biasanya ibu-ibu, kok ini bapak-bapak. Eh, mau diubah lagi tanggalnya, tambah kasihan, deh. Ha.. ha.. ha…,” kata Widisari, menceritakan pertemuan pertamanya dengan Aminuddin. “Lha, siapa yang tidak bengong lihat perempuan cantik begitu,” timpal Aminuddin, tak mau kalah. Derai tawa dan senyum sipu-sipu terus mewarnai perbincangan Kaltim Post dengan sejoli ini, di kediaman mereka, beberapa waktu lalu. Setelah pertemuan pertama itu, jadilah keduanya sering bertemu. Apalagi, konsep pernikahan anak perempuan Aminuddin, Noviyanti, diserahkan kepada Widisari. Banyak kesempatan, membuat mereka makin akrab, seperti kakak adik. Widisari tahu pria itu sudah duda. Sementara Aminuddin makin mantap mengejar perempuan yang membuatnya kesengsem itu. Saking mantapnya, tidak perlu lama bagi Aminuddin untuk menemui orangtua Widisari di Solo, Jawa Tengah. Dia sudah sampai di ruang tamu kediaman Widisari di Surakarta, beberapa bulan setelah pertemuan pertama tadi. Ayah Widisari seorang pensiunan pegawai negeri yang terakhir menjabat sebagai kepala dinas di Semarang. Garis darahnya biru, keturunan keraton, yakni Hamengkubowono II. Begitupun ibunya, memiliki garis keturunan Djoyodiningrat, bangsawan Surakarta. “Itu daftar pertanyaan. Silakan ditulis dulu,” kata calon ibu mertua kepada Aminuddin. Rupanya, senarai pertanyaan itu sudah disiapkan jauh-jauh hari. Jumlahnya puluhan. Pertanyaannya, seputar kehidupan seperti biodata; serta keseriusan Aminuddin mempersunting Widisari. “Saya tidak tahu apakah semua yang melamar diberi daftar itu; atau cuma saya saja karena saya yang sudah tua sehingga dikira main-main,” kenang Aminuddin. “Ibu saya itu, anaknya polisi. Jadi disiplin begitu,” imbuh Widisari, lalu disahut lagi oleh suaminya, “Ya. Tapi rasanya seperti diinterograsi atau ikut ujian saja.” Lembar jawaban pertama yang ditulis Aminuddin ditolak. Tak berapa lama, dia datang lagi. Menjawab pertanyaan lagi. Ditolak lagi. Begitu seterusnya. Baru yang keempat, setelah menjawab daftar pertanyaan, lamaran Aminuddin akhirnya diterima. “Padahal, jawaban saya dari pertama, kedua, ketiga, dan keempat sama saja,” kenang Aminuddin lantas tertawa. Kata terima itu pun, setelah orangtua Widisari mengecek apakah benar pria yang melamar anaknya itu sudah duda. Apakah benar seorang direktur bank terkemuka di Kaltim. Bahkan, kesehatan Aminuddin terutama untuk urusan suami istri sampai dicek ke rumah sakit di Kuala Lumpur, Malaysia. “Nyatanya baik-baik saja. Saya bisa hamil. Itu buktinya,” kata Widisari sembari menunjuk anak bungsu mereka. Sebagai direktur utama sebuah bank, Aminuddin yang duda juga harus mendapat izin Bank Indonesia serta Dewan Pengawas BPD Kaltim. Mereka pun menikah. Widisari yang memiliki usaha wedding organization, tak menggunakan jasa orang lain. Dia merias wajahnya sendiri dan mendekorasi ruang pernikahannya.

BUMI DAN LANGIT

Bukan hanya perbedaan usia yang ditembus pasangan ini. Menilik latar belakang, keduanya seperti bumi dan langit. Aminuddin, anak sulung dengan sembilan adik, lahir di sebuah keluarga sederhana di Samarinda. Ayahnya seorang guru. Hidup pas-pasan, sejak kecil Aminuddin biasa hidup susah. Sedari sekolah hingga lulus SMEA, dia biasa bekerja kasar. Menjadi buruh atau menjual kue. Pria kelahiran 10 Agustus 1952 ini sempat kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman, pada 1970. Tetapi karena tidak punya biaya, dia berhenti. Aminuddin yang masih ingin kuliah lantas bertekad mengumpulkan biaya. Selama setahun, dia bekerja sebagai buruh bangunan. Setahun kemudian, dengan uang yang dikumpulkannya, dia sudah di atas kapal menuju Surabaya. Menumpang kereta api yang beralaskan tikar, Aminuddin tiba di Jogja pada 1971. Dia kuliah di Akademi Uang dan Bank di Kota Pelajar. “Waktu itu, saya lihat orang kerja di bank itu keren. Makanya saya masuk ke situ,” tutur Aminuddin. Setelah lulus, Aminuddin kembali ke Samarinda pada 1978 dan sempat bekerja di Dinas Pekerjaan Umum Kaltim. Hanya sebentar di situ, dia melamar ke BPD dan diterima. Kariernya terus melesat, hingga pada awal dekade 2000 atau setelah 22 tahun bekerja di bank pelat merah, Aminuddin dipercaya menjadi direktur utama. Dia menjabat dua periode, di mana di akhir periode pertamanya adalah saat dia bertemu Widisari. Waktu itu, Aminuddin memiliki empat anak dan telah bercerai. Jalur hidup berbeda ditempuh Widisari. Dia seorang putri Solo yang lahir pada 3 Juni 1976. Berasal dari keluarga darah biru, ayahnya seorang pegawai negeri dengan jabatan lumayan tinggi. Bungsu dari dua bersaudara ini tidak pernah kesulitan biaya sekolah. Hidup terjamin, dia lulus Universitas Semarang pada 1999. Ayahnya pun memberi modal usaha rias pengantin. Sembari itu Widisari mengikuti kursus tata rias ternama seperti Sekar Langit serta Sekolah Kecantikan Skin Care Aesthetic CIBTAC, London. Pada 1999, bersama suami pertamanya --sebelum berpisah--, Widisari hijrah ke Samarinda. Di kota ini, dia membuka usaha tata rias di daerah Pandanwangi bernama PT Widisari. Perlahan-lahan, dengan kemampuan rias yang berlabel sarjana internasional, nama Widisari mulai masuk hitungan. Pejabat dan pengusaha kelas atas di Bumi Etam kerap memercayakan acara-acara besar berikut tata riasnya, kepada perempuan ini. Widisari membuktikan, putri Solo tidak selalu dicap manja dan tidak bisa apa-apa. Dia bisa mandiri dan membuka usaha yang sukses. Hingga akhirnya, keduanya bertemu. Yang satu sulung, satunya lagi bungsu. Yang sulung dulunya hidup melarat, yang bungsu serba terjamin. Begitu banyak perbedaan seperti bumi dan langit termasuk jauhnya pautan usia. Tetapi asam di gunung dan garam di laut pun dapat bertemu dalam satu belanga. Di Samarinda, keduanya bertemu ketika sudah sama-sama single. “Waktu belum ketemu saya, bapak ini penampilannya tua sekali, lho. Sekarang sudah enggak. Kan sudah saya upgrade (dirias),” tutur Widisari. Keduanya, kini sudah punya dua anak lagi.

SAMA-SAMA BERBISNIS

Sejak sebulan ini, Aminuddin sudah tidak lagi menjadi direktur utama BPD. Hari-harinya kini lebih banyak dihabiskan menemani istrinya. Apalagi, istrinya itu punya banyak bidang usaha. Mulai percetakan dan bengkel di Pulau Jawa, serta salon kecantikan dan tata rias yang dikelola di Samarinda. “Perusahaan milik Ibu itu menjanjikan. Saya sekarang mendampingi Ibu, sembari melihat peluang bisnis di Samarinda,” katanya. Aminuddin memang memiliki rencana. Otak entrepreneur-nya terus bekerja. Tetapi dia belum mau mengungkapkan apa bisnisnya nanti. “Tunggu waktunya saja. Tidak besar. Kecil-kecilan yang penting berhasil,” tuturnya. Menurutnya, banyak usaha menjanjikan di Samarinda dengan risiko yang tidak tinggi. “Saya pernah ditawari bisnis ponton untuk mengangkut batu bara. Tetapi saya tahu itu risikonya tinggi. Jika ada kecelakaan, rugi besar. Aset bergerak itu tidak seperti aset yang tidak bergerak. Belum lagi awak kapal dan sebagainya,” tutur penggemar olahraga golf ini. Istrinya menambahkan, sering memberi masukan kepada Aminuddin. ”Saya bilang ke Bapak, menjadi peternak bebek sekalipun tidak masalah. Tetapi peternak bebek yang sukses ketimbang pengusaha ponton tetapi yang gagal,” katanya, bertamsil. Ketika sang suami pensiun, sejoli ini kerap mendiskusikan bisnis-bisnis mereka. “Tapi yang paling terasa, Bapak bisa mengantar anak setiap hari ke sekolah. Sering bersama, sebulan ini kami juga jadi sering tahajud bareng,” sebut Widisari sembari menatap lekat suaminya.
 

Sumber: Kompasiana

 

Widisari dan Rina Barito Kompak Prihatin

Senin, 12 September 2011 09:00

SAMA halnya dengan yang dikatakan Puji Syaharie Jaang, Ketua KONI Kota Samarinda, Rina Barito dan Pengusaha Wanita, Widisari juga menganggap penderita gizi buruk, Fita Rosalina karena kurangnya ketidakmengertian ibunya untuk memberikan pola  makanan bergizi keapda sang anak.
Menurut Rina Barito, pemerintah harus serius menangani masalah ini. Lebih sering memberikan penyuluhan ke masyarakat. Melalui kecamatan dan kelurahan dan posyandu RT setempat, bisa dilakukan penyuluhan agar ibu-ibu khususnya ibu muda bisa mengerti pemberian gizi terhadap anak hingga usianya mencukupi.
"Banyak ibu-ibu berpikir, yang penting anaknya kenyang. Tapi tidak memikirkan makanan bergizi atau tidak. Itu perlunya penyuluhan," ujarnya.
Widisari yang ditemui ditempat berbeda juga mengatakan hal sama. Pemikiran dan pola kebiasaan serta kurangnya pengetahuan membuat ibu si anak menjadi tidak mengerti anaknya kekurangan asupan gizi.
"Ada yang namanya kecenderungan mengatakan bahwa anak itu asal hidup saja, tapi tidak berpikir anak harus sehat, pintar. Mungkin yang penting bisa hidup. tapi nggak tau keperluan makan sang anak," terang Widisari yang ditemui kemarin.
Menurutnya, kalau ibu Fita mengatakan, anaknya sulit makan dan tidak mau minum susu, seharusnya selaku orangtua berpikir bagaimana membuatkan makanan yang menarik.
"Makanan bergizi tidak harus mahal. Tempe dan tahu yang proteinnya sangat tinggi sangat baik dikonsumsi anak, yang harus dibekali untuk kecukupan gizi anak. Saya prihatin dengan keadaan Fita, semoga bisa ditangani dan tumbuh menjadi anak sehat," pungkasnya. (rm-4/waz)

Sumber: Samarinda Pos

«⇐...2  3  4  [5]  
 www.wdoubleyou.com® All Rights Reserved © 2012hubungi kami